M O C C A

selain The S.I.G.I.T yang udah aku kasih reviewnya, kali ini akan membahas sedikit tentang "M O C C A"


MOCCA, band lokal kebanggaan Indonesia yang berdiri sejak tahun 2000 ini akan menggelar konser tunggalnya pada bulan Juli mendatang. Band yang digawangi oleh Arina Ephipania (vocal dan fluet), Ahmad Pratama (bass), Indra Massad (drum), Riko Prayitno (gitar) tersebut akan memberikan sebuah tontonan menarik yang patut disaksikan oleh para penikmat musik tanah air. Sejumlah musisi kenamaan juga akan turut meramaikan konser ini, di antaranya SORE, WHITE SHOES AND THE COUPLES COMPANY, ENDAH AND RHESA, juga FLOAT.

Konser ini sendiri nantinya merupakan persembahan khusus MOCCA kepada Swinging Friends yang telah mendukung serta mengikuti perjalanan karir mereka selama ini.
Dengan judul “Annabelle and The Music Box”, MOCCA siap memberikan sebuah konsep konser yang fresh dan berbeda dari berbagai pertunjukan musik yang sudah ada di tanah air. Penonton akan disuguhi sebuah Konser yang menggabungkan pertunjukan musik, pertunjukan kabaret dan visual art. Konser ini dipromotori oleh M.LIVE yang bekerja sama dengan KRUX CREATIVE HAUS selaku konseptor acara dan pertunjukan ini.
Berkisah tentang seorang gadis bernama Annabelle yang masuk ke dalam sebuah dunia impian dalam sebuah kotak musik dimana lagu-lagu MOCCA akan membalut petualangan sang gadis dalam menemukan kebahagian dan cintanya. Sebanyak 17 lagu akan dibawakan dengan beberapa kolaborasi dengan para musisi bintang tamu yang merupakan sahabat bermusik MOCCA.

Pertunjukan kabaret akan dipentaskan oleh grup kabaret kebanggaan asal bandung, BOSMAT yang baru saja menjuarai Kompetisi Kabaret se-Jawa Barat. Juga tak ketinggalan penampilan dari beberapa artis pendukung seperti Ringgo Agus Rahman dan juga MC dan jurnalis yang tengah digemari, Soleh Solihun.

“Konsep ini datang dari manajemen dan kebetulan disupport juga oleh FFWD, Swinging Friends, dan media. Ini jadi semacam kejutan dan belum terbayang semua itu nanti berjalan bersamaan,” ujar Arina dalam konferensi pers MOCCA di Loubelle Shop di Jalan Setiabudi, Bandung, jumat kemarin.

Melalui konferensi pers tersebut, selain mengumumkan perihal konser, MOCCA juga mengonfirmasi status mereka yang akan vakum selama waktu yang tidak ditentukan. Konser ini memang merupakan konser pertama MOCCA yang pernah dibuat di Jakarta dan merupakan last show dari MOCCA yang akan memutuskan vakum dari dunia pertunjukan musik tanah air.

Keputusan ini diambil karena adanya kesibukan masing-masing personil, seperti keberangkatan Arina untuk menikah di Amerika, Indra yang berkonsentrasi dengan proyek interiornya, perhatian Toma yang fokus di dunia marketing, serta Riko yang kini sedang berkecimpung dala proyek Triangle-nya.

Momen ini dipandang MOCCA sebagai saat yang tepat untuk beristirahat. Padahal menurut Riko, tahun ini mereka mendapatkan tawaran manggung di kanada, Italia, dan Jerman, serta beberapa konser tunggal di Esplanade, Singapura. Namun mimpi tersebut kembali ditunda karena waktu yang tidak memungkinkan.

“Kita udah kaya perusahaan keluarga yang besar antara kami, swinging friends, dan label. Keputusan ini melalui pemikiran panjang dan sangat nggak mudah. Paling berat memang saat mengumumkan ke fans soalnya ini semacam bentuk pertanggungjawaban. Karena mereka, MOCCA masih tetap hidup. Tapi ini memang yang terbaik untuk semuanya,” papar Riko.

Riko juga mengaku belum tahu rencana ke depan nanti dan belum bisa menjanjikan apa-apa. Namun tidak menutup kemungkinan akan ada saatnya MOCCA berkumpul kembali dan membuat single, misalnya. Ibarat perusahaan, saat ini mereka sedang di akhir tahun dan masa tutup buku.

Hal ini juga diamini ketiga personil lainnya. “Masing-masing personil memang ingin balik lagi. Insya Allah,” ucap Indra.

Secara fisik, MOCCA tidak available untuk tampil off air karena mereka sepakat untuk tidak mencari vokalis pengganti Arina. “Kami saling berkaitan. Kalau ada satu yang nggak ada, maka yang lain juga nggak ada. Origininalnya disitu,” tutur Toma.

Namun Toma tetap menjanjikan bahwa status vakum MOCCA tidak akan memutuskan tali komunikasi yang selama ini terjalin dengan fans. Berbagai media komunikasi MOCCA masih akan tetap aktif demi menjalin kebersamaan bersama swinging friends.

“Maaf kalau ada yang berkenan dengan keputusan ini. Kami ingin menjalani tahap ini dulu dengan harapan nanti bisa balik lagi dengan kesiapan yang lebih,” papar Toma.

Presiden Swinging Friends, Agung, mengaku banyak mendapatkan tanggapan, baik positif dan negatif, mengenai hal ini. Namun ia berkomitmen tetap mendukung keputusan tersebut. “Kami pasti datang ke last show mereka dan nggak akan berhenti mendukung mereka untuk balik lagi dan melanjutkan mimpi,” ujarnya.

Dengan kepergian Arina ke Amerika, sempat muncul rumor yang mengatakan Arina akan berkarir musik disana. Namun hal ini langsung disangkal sang vokalis.

“Industri musik disana belum ketahuan, tapi saya juga ingin cari celah komunitas indie dan semoga ini bisa membawa MOCCA main disana,” kata Arina. Ia mengaku sangat cinta Indonesia dan memastikan akan kembali lagi kesini. Malah tahun depan akan diadakan pula tradisi menikah ala adat Batak di Danau Toba.

Last show ini sendiri diharapkan dapat menjadi kenang-kenangan sebelum keberangkatan Arina. “Sajian ini belum pernah ada sebelumnya. Biasanya launching album aja. Semoga ini bukan last show untuk MOCCA, tapi last show of the year!” harap Arina yang disambut applause dari khalayak yang hadir.

Dalam kesempatan tersebut, MOCCA juga berterimakasih kepada Swinging Friends, manajemen, media, serta FFWD Record sebagai label dan keluarga pertama yang mengiringi langkah awal MOCCA.

Biography:

Indra Massad
Birthday: 1976-01-31
Position: Drums
Indra Massad (drums) was born on 31 Januari 1976 in Medan, North Sumatra. He and Toma studied product design in Bandung together and joined Mocca at about the same time. Unlike other drummers that use many tom-toms and cymbals, Indra’s prefers the simplicity and versatility of a single snare drum. His brush technique during acoustic sessions acts just like seven different mallets making seven different tones. “Indra’s prefers the simplicity and versatility of a single snare drum.”

He is well known for his infatuation with toys that he’s kept since childhood. Who knows if he still keeps the little toy drums and old Teh Botol bottles that he grew up with. No doubt about it, he is probably one of the best soulful drummers out there.

Achmad Pratama ‘Toma’
Birthday: 1976-06-27
Position: Bass
Ahmad Pratama (bass) was born on 27 June 1976 in Bandung, West Java and has lived there ever since. A product designer by training, Toma has excelled in setting up the key components in their music.

His punctual bass tone accentuates the tempo and rhythm set by Indra’s drumming skill. One may say the way Toma plays the bass resembles the way he walks, talks and sings. Indeed, he is very true to himself both on and off the stage. “One may say the way Toma plays the bass resembles the way he walks, talks and sings.”

Sting and Phil Collins have inspired the way he lives and breathes music. And so has Teh Botol.


Riko Prayitno
Birthday: 1977-01-29
Position: Guitar

 Riko Prayitno (guitar) was born on 29 January 1977 in Bogor, West Java. He, too, graduated from the same college as Arina did. He picked up guitar at an early age and begun playing professionally since the college years together with Arina. To him, a guitar is not just an instruments that one would play, but rather, an extension of his musical ideas constantly evolving in his minds.“Just like Totto-chan was a chatter-box in the classroom, Riko is like a jukebox strumming non-stop from dawn to dusk with his beloved full-sized, full-acoustic red Ibanez.”

An advocate of a famous Japanese book Totto-chan, Riko’s method of playing the guitar is just as playful as the students in the railroad carriage classroom depicted in the book. Just like Totto-chan was a chatter-box in the classroom, Riko is like a jukebox strumming non-stop from dawn to dusk with his beloved full-sized, full-acoustic red Ibanez made from very hard wood ebony, which provides a pure, bright jazz tone with increased presence.

Arina Ephipania Simangunsong
Birthday: 1978-05-04
Position: Vocalist & Flute

Arina Ephipania Simangunsong (vocals and flute) was born on 4 May 1978 in Bandung, West Java where she graduated with Bachelor of Arts degree from National Institue of Technology in Bandung together with Riko (guitar).

Her middle name carries a resemblance of the Greek word epiphania, which means ‘manifestation’, often referring to the appearance of a divine being. Without a doubt, many have testified about the divine beauty of her voice and mystifying stage presence.

A fan of Bing Crosby and Frank Sinatra, Arina has picked up the right mix of stage gestures and musical dynamics often found in jazz and folk-dixie tunes. Her way of simply having fun on stage is what makes her different from any other performers inIndonesia. “Her middle name carries a resemblance of the Greek word epiphania, which means “manifestation,” often referring to the appearance of a divine being.”

She never tried so hard to impress the audience and she prefers to express her true feelings when singing the songs, instead. Her singing voice in My Diary did just that perfectly well. It is her dream to sing for Walt Disney productions someday. With her outstanding vocal ability she won’t have too wait to long for that dream to come true.
sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 
back to top