Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan
keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan.
Oleh karena
itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut
:
- Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
- Mencari alasan.
- Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
- Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
- Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
- Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
- Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
- Mencari alternatif.
- Bersikap dan berpikir terbuka.
- Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
- Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
- Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Manfaat Berpikir Kritis
- Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen
- Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
- Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
- Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat
- Membiasakan berpikiran terbuka
Seperti yang telah kita ketahui bersama, dalam sebuah teks
banyak mengandung argumen yang dimaksudkan untuk membujuk seseorang untuk
melakukan sesuatu. Kali ini kita mencoba untuk memahami maksud yang sebenarnya
dari penulis tersebut. Fenomena ini terkadang sulit untuk dipahami karena
mereka menghalangi maksud yang ingin disampaikan. Jadi sebagai pemikir yang
kritis, kita harus berhati-hati dengan problematika yang ada di dalam kalimat.
Seperti adanya kalimat yang ambigu, yaitu kalimat yang memiliki dua makna. Tipe
ambigu itu ada dua, ambigu fonetik dan ambigu leksikal. Selain itu ada juga
kalimat yang samar, kalimat yang samar ini tidak sama dengan kalimat ambigu.
Kalimat samar ini membuat kita sulit untuk mendapatkan satu makna yang tepat
dan realistis.
Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
Secara fonetik kegandaan makna terjadi karena adanya persamaan bunyi pada sebagian suku katanya. Beberapa contohnya adalah:
Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
- Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
- Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
- Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
- pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
- kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
- pertama, bukunya yang baru;
- kedua, sejarahnya yang baru; dan
- ketiga, demokrasinya yang baru.
- pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
- kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
- Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
- Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
- Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
- Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
- Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima.
Secara fonetik kegandaan makna terjadi karena adanya persamaan bunyi pada sebagian suku katanya. Beberapa contohnya adalah:
- 'beruang' bisa bermakna orang yang mempunyai uang atau nama binatang;
- 'bank' bermakna kitab atau 'bang' bermakna kakak;
- 'bukan angka' dan 'bukan nangka'.
- 'buku' bisa bermakna kitab atau ruas;
- bisa' bisa bermakna dapat atau racun;
- 'genting' bisa bermakna gawat atau nama atap.
Argumen
Argumen adalah rangkaian pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan (inferensi).
Argumen terdiri
dari pernyataan-pernyataan yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok
pernyataan sebelum kata ‘jadi’ yang disebut premis (hipotesa) dan pernyataan
setelah kata ‘jadi’ yang disebut konklusi (kesimpulan).
Suatu argument disebut
valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan kepada hipotesa, jika
semua hipotesa tersebut benar, maka kesimpulan juga benar. Sebaliknya, jika
semua hipotesa benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argument tersebut
dikatakan tidak valid (invalid).
Untuk menunjukan apakah suatu argument valid
atau tidak, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan argument
tersebut dalam bentuk simbol-simbol.
Contoh argumen :
1. (premis) Semua orang pasti pernah ngupil
(premis) Jono suka makan upilnya
(konklusi) Jadi Jono pernah ngupil dan makan upilnya
2. (premis) Perempuan adalah pusaka terindah yang pernah ada di seluruh dunia
(premis) Susanti adalah perempuan
(konklusi) Jadi Susanti adalah pusaka terindah yang pernah ada di seluruh dunia
Retorika
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa
sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur
atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara
mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup
aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa
penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis
adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk
menunjang pendirian pembicara.
Fungsi Retorika:
- Menegakkan kebenaran dan keadilan.
- Memberi informasi kepada orang kebanyakan.
- Meyakinkan.
- Memepertahankan diri dari ketidakadilan
0 komentar:
Posting Komentar