Berpikir Kritis, Ambiguitas, Argumen dan Retorika



Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang  harus dipercayai atau dilakukan.
Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
  1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
  2. Mencari alasan.
  3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
  4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
  5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
  6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
  7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
  8. Mencari alternatif.
  9. Bersikap dan berpikir terbuka.
  10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
  11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
  12. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Manfaat Berpikir Kritis
  1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen
  2. Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
  3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
  4. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat
  5. Membiasakan berpikiran terbuka

Ambiguitas

Seperti yang telah kita ketahui bersama, dalam sebuah teks banyak mengandung argumen yang dimaksudkan untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu. Kali ini kita mencoba untuk memahami maksud yang sebenarnya dari penulis tersebut. Fenomena ini terkadang sulit untuk dipahami karena mereka menghalangi maksud yang ingin disampaikan. Jadi sebagai pemikir yang kritis, kita harus berhati-hati dengan problematika yang ada di dalam kalimat. Seperti adanya kalimat yang ambigu, yaitu kalimat yang memiliki dua makna. Tipe ambigu itu ada dua, ambigu fonetik dan ambigu leksikal. Selain itu ada juga kalimat yang samar, kalimat yang samar ini tidak sama dengan kalimat ambigu. Kalimat samar ini membuat kita sulit untuk mendapatkan satu makna yang tepat dan realistis.


Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
  1. Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
  2. Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
  3. Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat membingungkan orang yang membacanya.

Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
  • pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
  • kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
  • pertama, bukunya yang baru;
  • kedua, sejarahnya yang baru; dan
  • ketiga, demokrasinya yang baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
  • pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
  • kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya.
Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.

Untuk kalimat 2:
  1. Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
  2. Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
  3. Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
Untuk kalimat 3:
  1. Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
  2. Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima.
Makna ambigu dapat muncul secara fonetik dan leksikal

Secara fonetik kegandaan makna terjadi karena adanya persamaan bunyi pada sebagian suku katanya. Beberapa contohnya adalah:
  • 'beruang' bisa bermakna orang yang mempunyai uang atau nama binatang;
  • 'bank' bermakna kitab atau 'bang' bermakna kakak;
  • 'bukan angka' dan 'bukan nangka'.
Secara leksikal kegandaan makna terjadi karena adanya dua kata yang memiliki bentuk yang sama. Beberapa contohnya adalah:
  • 'buku' bisa bermakna kitab atau ruas;
  • bisa' bisa bermakna dapat atau racun;
  • 'genting' bisa bermakna gawat atau nama atap.

Argumen

Argumen adalah rangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan (inferensi). 
Argumen terdiri dari pernyataan-pernyataan yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok pernyataan sebelum kata ‘jadi’ yang disebut premis (hipotesa) dan pernyataan setelah kata ‘jadi’ yang disebut konklusi (kesimpulan).
Suatu argument disebut valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan kepada hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka kesimpulan juga benar. Sebaliknya, jika semua hipotesa benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argument tersebut dikatakan tidak valid (invalid).
Untuk menunjukan apakah suatu argument valid atau tidak, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan argument tersebut dalam bentuk simbol-simbol.

Contoh argumen : 
1. (premis)    Semua orang pasti pernah ngupil
    (premis)    Jono suka makan upilnya
    (konklusi) Jadi Jono pernah ngupil dan makan upilnya

2. (premis)    Perempuan adalah pusaka terindah yang pernah ada di seluruh dunia
    (premis)    Susanti adalah perempuan
    (konklusi) Jadi Susanti adalah pusaka terindah yang pernah ada di seluruh dunia

Retorika

Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.

Fungsi Retorika:
  1. Menegakkan kebenaran dan keadilan.
  2. Memberi informasi kepada orang kebanyakan.
  3. Meyakinkan.
  4. Memepertahankan diri dari ketidakadilan

0 komentar:

Posting Komentar

 
back to top